Cerita Rakyat “Asal Usul Danau Sentani”
Konon jaman dahulu, danau sentani belum ada, yang ada adalah pegunungan dan lembah di kaki gunung cycloops, simak cerita rakyat berikut tentang bagaimana Danau Sentani bisa terbentuk sebagai suatu danau yang indah, sebagai sumber kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sentani.
Ondoafi Wali dan Hoboi hidup di atas
satu bukit yang disebut Yomokho di Kampung Donday, Sentani. Di atas
bukit ini tidak ada air sebagai sumber kehidupan, maka Ondofolo bersama
Hoboy naik ke Gunung Robonsolo untuk menghadap Dobonai, penguasa air
dengan membawa sejumlah harta karun untuk membeli air.
Cerita berawal ketika masa lalu terjadi
bencana kekeringan yang melanda seluruh daerah Sentani, dan berdampak
pada kehidupan rakyat Sentani. Tak menunggu lama, Ondofolo langsung
mengajak Hoboy untuk pergi membeli air keabadian (air yang tak pernah
berhenti mengalir) kepada Dobonay di Gunung Robonsolo.
Air itupun dibeli dari Dobonay, yang
pada saat itu pembayarannya dilakukan kepada kedua anak Dobonay, yakni
Bukunbulu dan Robonway. Meski sempat terjadi kesalahan dalam pembayaran,
tetapi saat itu permasalah tersebut dapat ditengahi oleh Dobonay.
Setelah mendapat air, Ondofolo Wali bersama kerabatnya pulang ke rumah.
Sebelum pamit, Dobonay berpesan agar di
perjalanan nanti, jika bertemu hewan jangan diburu. Sebab, jika
dilanggar, akan terjadi cobaan bagi mereka berdua. Tetapi karena sifat
manusia, aturan tersebut dilanggar, Ondofolo Wali dan Hoboi melupakan
pesan Dobonay, justru keduanya memburu seekor hewan yakni burung
Kasuari.
Sebuah tembakan anak panah dari Haboy
berhasil mengenai sasaran, namun alangkah kagetnya kedua manusia itu,
sebab burung kasuari tersebut langsung menghilang bersamaan dengan air
keabadian yang dibawa oleh keduanya.
Bersamaan dengan peristiwa tersebut,
datanglah sebuah air bah dan menghanyutkan semua benda-benda yang berada
disekitar tempat tersebut, dan selanjutnya air bah itu membentuk telaga
raksasa yang saat ini dikenal dengan Danau Sentani.
Kejadian ini harus dibayar mahal dengan
tenggelamnya anak Ondofolo Wali. Namun keteguhan dan rasa bertanggung
jawab kepada rakyatnya, sang Ondofolopun sempaty meratap berlama-lama
atas kematian anaknya itu.
Namun, dirinya langsung mengajak seluruh
rakyatnya untuk secara bersama-sama menyampaikan ucapan syakur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa dengan pemberian telaga raksasa yang terbentang
dari Nolobu (Timur) Kampung Yokiwa hingga Waibu (Barat) Kampung Doyo dan
sekitarnya yang berada hingga saat ini.
Dengan peristiwa ini, Ondofolo Wali
menyadari bahwa untuk memperoleh sesuatu yang baik harus ada
pengorbanan, sekali pun itu adalah orang yang sangat dicintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar