|
|
5 Tempat Wisata Sejarah di Lima Puluh Kota
Selamat Datang.
| Ini adalah blog Kabupaten Lima Puluh Kota sukses.
Blog ini akan berbagi dengan anda tentang prestasi & hal-hal luar
biasa yang ada dikabupaten ini.
Ekonomi,Pendidikan,Sosial, wisata alam, wisata sejarah dan budaya, wisata religius dan atraksi ketangkasan dll
A.WISATA RELIGIUS
|
1.Kuburan Keramat dan Surau Tuo Taram
Nama Objek Wisata | : | Kuburan Keramat dan Surau Tuo Taram |
Jenis | : | Objek Wisata Religi |
Luas | : | ± 1,00 Ha |
Lokasi | : | Nagari Taram, Kecamatan Harau |
Jarak dari IKK | : | ± 9,00 Km |
Jarak dari IK Provinsi | : | ± 136,00 Km |
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata | : | Kendaraan pribadi, oplet, taksi dan kendaraan roda dua |
Fasilitas Objek Wisata | : | 1. Panorama Alam
2. Kolam Pemandian
3. Bumi Perkemahan |
Kegiatan yang bisa dilakukan | : | Ziarah kubur sambil menikmati pemandangan alam |
Atraksi pada objek wisata | : | Menyaksikan Keindahan alam |
Narasi Objek Wisata | : | Makam
keramat ini terletak di Kenagarian Taram, Kecamatan Harau ± 5 km dari
kota Payakumbuh. Objek wisata budaya ini dapat dicapai dengan mudah
menggunakan angkutan pedesaan maupun kendaraan pribadi. Makam Keramat
Taram ini adalah makam Syech Ibrahim Mufti yang merupakan salah satu
penyebar
agama Islam di daerah ini. Beliau bukanlah penduduk asli, melainkan
seorang pendatang yang berasal dari negeri Irak di Timur Tengah dan
merupakan murid dari Syech Abdul Rauf dari Aceh, semasa Kerajaan
Samudera Pasai.
Sebagai seorang penyebar agama Islam, beliau mempunyai banyak kesaktian diantaranya :
Pernah suatu kali beliau sedang bercukur, mendadak beliau minta izin
untuk meninggalkan tukang cukurnya sebentar, katanya beliau harus pergi
ke Mekah untuk menyelamatkan kota Mekah yang sedang terbakar. Beliau
menghilang dan beberapa saat kemudian muncul kembali. Beberapa bulan
kemudian ada orang yang pulang dari Mekah, mengatakan bahwa sewaktu
beliau menunaikan ibadah haji, kota Mekah kebakaran, tetapi musibah itu
dapat diatasi atas bantuan seseorang yang hanya memiliki rambut pada
sebelah bagian kepalanya. Dari peristiwa itu masyarakat tahu akan
kesaktian Syech Ibrahim Mufti yang kemudian dikenal dengan Syech yang
Bercukur Sebelah
Konon kabarnya ikan yang sekarang berkembang biak di Taram, berasal dari
ikan yang dilepaskan kembali oleh Syech Ibrahim Mufti setelah setengah
bagian ikan tersebut dibakar/dimasak oleh salah seorang muridnya.
Pada tahun 1996 keturunan atau keluarga Syech Ibrahim Mufti yang berada
di Irak berziarah di Taram dan menceritakan sebuah kejadian pada masa
lalu dimana salah seorang cucunya menemui beliau semasa hidupnya dan
sewaktu kembali ke Irak, sesampai di Laut Tengah, kapalnya kandas dan
miring akan tenggelam. Syech Ibrahim Mufti yang berada jauh di Taram
mengetahuinya dan segera menceburkan diri ke tabek gadang (kolam)
disamping Surau Tuo yang dijadikan beliau sebagai media untuk menuju
Laut Tengah. Beliau berhasil menyelamatkan kapal tersebut dan
mengangkatnya sehingga bisa berlayar kembali dengan selamat dan setelah
itu beliau muncul kembali diTaram.
Tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan dan dimana meninggalnya Syech
Ibrahim Mufti karena beliau sering berkelana. Karena sudah lama tidak
pulang ke Taram, murid-muridnya berusaha mencari, bahkan anaknya yang
bernama Syech Muhammad Jamil, meninggal dalam pencarian itu. Sampai
akhirnya pada suatu malam salah seorang muridnya bermimpi bertemu beliau
dan dalam mimpi itu dikatakan bahwa beliau sudah meninggal dan kalau
ingin melihat kuburannya, lihatlah pada malam tanggal 27 Rajab.
Setelah mengikuti petunjuk gurunya, maka pada malam itu terlihatlah
cahaya muncul dari bumi dan menembus langit, berasal dari tempat makam
beliau sekarang ini, yaitu disamping Surau Tuo tempat beliau mengajar
murid-muridnya yang sampai saat ini masih berdiri dengan gagah.
Pemeliharaan Surau Tuo dan Makam Keramat Taram ini menjadi tanggung
jawab 7 Pasukuan didaerah ini, yaitu Sumpadang, Simabur, Pitopang,
Melayu, Piliang Laweh, Piliang Gadang dan Bodi, yang bergiliran setiap 3
tahun dengan menjadi Imam, Kotik dan Bilal.
|
Peluang Investasi | : | 1. Sarana Akomodasi yang islami
2. Taman dan sarana Bermain
3. Restoran |
|
1.Batu Nan Limo
Nama Objek Wisata | : | Batu Nan Limo |
Jenis | : | Objek Wisata Sejarah Dan Purbakala |
Luas | : | ± 0,00 Ha |
Lokasi | : | Nagari Koto Tangah Simalanggang Kecamatan Payakumbuh |
Jarak dari IKK | : | ± 8,00 Km |
Jarak dari IK Provinsi | : | ± 138,00 Km |
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata | : | Taksi, Oplet, Ojek dan Becak Wisata |
Fasilitas Objek Wisata | : | 1. Menhir
2. Areal parker |
Kegiatan yang bisa dilakukan | : | Penelitian sejarah |
Narasi Objek Wisata | : | Batu
Nan Limo adalah nama sebuah jorong dalam wilayah kecamatan Payakumbuh
terletak antara Simalanggang dan Lubuak Batingkok, daerah ini dinamakan
Batu Nan Limo karena di daerah ada lima buah batu tegak.
Batu nan limo adalah wujud dari persaudaraan dari niniak nan baranam ada
juga yang menyebutnya anak nan baranam yang turun dari Pariangan Padang
Panjang mengembangkan wilayah di sekitar Gunung Bungsu, yaitu : Taeh,
Simalanggang, Piobang, Sungai Baringin, Gurun, dan Lubuak Batingkok,
dengan kebesaran masing dengan adat yang dipakai
1. Datuak Sabatang, sebagai juru adat berkedudukan di Gurun
2. Datuak Tunaro, sebagai khadi berkedudukan di Lubuak Batinggkok
3. Datuak Bandaro, sebagai rajo adat berkedudukan di Simalanggang
4. Datuak Bagindo Soik , sebagai bungo setangkai berkedudukan Taeh.
5. Datuak Rajo Baguno, sebagai dubalang berkedudukan di Piobang.
6. Datuak Banso Dirajo ,sebagai imam berkedudukan di Sungai Beringin.
Diwaktu mereka bermusyawarah untuk menyatukan adat istiadat dan pusaka
dari niniak nan baranam yang dilaksanakan di Balai Nan Saruang Koto
Pudiang – Simalanggang , yang disebut dengan “ bataok awan, badinding
bukik, balantai bumi Allah, tiangnyo adat limbago, kebesaran anak nan
baranam, himpunan bapak nan berlima “ . Dan diputuskan membawa sebuah
batu dari Gunung Bungsu sebagai tanda kesepakatan, namun ada satu batu
yang tidak mau dibawa yaitu batu dari Datuak nan Sabatang dari Gurun,
sehingga hanya ada lima buah batu yang dapat ditanamkan, sekarang tempat
batu didirikan itu bernama “ batu nan Limo “, sedangkan batu yang tidak
mau dibawa itu dinamakan batu sandaran Datuak Rajo Labiah (karena
berada pada ulayat Dt. Rajo Labiah di Gurun ).
Lima batu perlambang lainnya telah dikumpulkan di Jorong Batu Nan Limo,sebagai perlambang lima suku :
1. Datuak Sati dari Pasukuan Tanjuang Piobada (Payobada)
2. Datuak Simarajo dan Pasukuan Bodi Caniago.
3. Datuak Rajo Malano dari Pasukuan Melayu.
4. Datuak Bandaro Panjang Jangguk.
5. Datuak Ulak Simano (Laksamana) sebagai pendidiang Niniak Mamak.
Menurut riwayat yang diterima masa Datuak Bandaro Panjang Jangguk
sebagai yang dituokan dari enam datuak yang diberi gelar Tuanku Nan
Garang.
. |
|
Jelajah Wisata
2.Benteng Tuanku Nan Garang
Nama Objek Wisata | : | Benteng Tuanku Nan Garang |
Jenis | : | Objek Wisata Sejarah Dan Purbakala |
Luas | : | ± 1,00 Ha |
Lokasi | : | Jorong Tigo Balai Kenagarian Lubuak Tingkok Kecamatan Harau |
Jarak dari IKK | : | ± 10,00 Km |
Jarak dari IK Provinsi | : | ± 140,00 Km |
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata | : | Kendaraan roda dua dan roda empat Taksi, Oplet, Ojek dan Becak Wisata |
Fasilitas Objek Wisata | : | 1. Kopel-kopel,
2. Area parkir,
3. MCK Menhir |
Kegiatan yang bisa dilakukan | : | Penelitian benda sejarah dan melihat pemandangan alam |
Narasi Objek Wisata | : | Kawasan
Benteng Tuanku Nan Garang berada di kaki Bukit Bungsu yang agak
terpisah dari pemukiman penduduk. Kawasan ini merupakan daerah batas
antara Nagari Lubuak Batingkok dan Nagari Taeh Bukik yang ditandai
dengan batang aur yang ditanam disepanjang perbatasan tersebut. Kawasan
Wisata Benteng Tuanku Nan Garang mempunyai pemandangan alam sekitar yang
masih alami, bisa ditempuh dengan kendaraan roda dua dan roda empat.
Namun areal objek belum terbina dengan baik, dimana areal objek belum
punya pagar, masih dikelilingi rumput. Didalamnya masih ada peninggalan
batu-batu benteng.
Tuanku Nan Garang, adalah salah satu tokoh Paderi yang taat dalam
mengembangkan ajaran Islam di Luhak Lima Puluh Kota dan ditakuti oleh
Belanda. Sewaktu Residen Sumatera Barat Mac.Gillavri mengunjungi Benteng
Tendikir di Tanjung Alam, Tanah Datar pada tanggal 9 Oktober 1829, ia
berkirim surat kepada Tuanku Nan Garang, yang intinya mengajak Tuanku
Nan Garang dan pengikutnya bersatu dengan Belanda untuk menghadapi kaum
Paderi.
Surat Residen dibalas oleh Tuanku Nan Garang menyatakan bahwa mereka
tidak perlu diganggu dulu, karena rakyat Luhak Lima Puluah Kota dengan
ajaran Islam telah hidup dengan aman dan tentram.
Pada Tanggal 17 dan 18 Oktober 1832 Belanda memperluas wilayahnya di
Luhak Lima Puluh Koto , penyerangan suatu kampung dilereng Gunung Bungsu
yaitu Koto Tangah Lubuak Batingkok rakyatnya dibawah pimpinan Tuanku
Nan Garang masih belum mau menyerah kepada Belanda , sehingga terjadi
pertempuran yang sengit di kaki Gunung Bungsu .
Pada tangal 19 Oktober 1832 dengan pasukan yang kuat Belanda menyerang
Koto Tangah. Untuk merampungkan pertahanan Tuanku Nan Garang pemimpin
yang cukup taktis dan cerdik mengajak tentra Belanda untuk berunding
diluar parit pertahanan kampung. Perundingan yang disengaja untuk
mengulur waktu itu tetap saja tidak mendatangkan hasil. Merasa
dipermainkan tentera Belanda lalu menyerang dengan segenap kekuatan dan
persenjataan yang ada.
Walaupun ditembaki dengan meriam dan periuk api tapi benteng Tuanku Nan
Garang tetap bertahan. Benteng Koto Tangah yang dikelilingi parit dan
aur berduri ini baru dapat ditaklukan Belanda setelah didatangkan bala
bantuan tentara dan senjata berat dari Payakumbuh. Sebagai balasan atas
perlawanan ini Belanda membakar kampung Koto Tangah. Tuanku Nan Garang
dan pengikutnya mundur kearah utara.Untuk menaklukkan benteng Tuanku Nan
Garang ini selama 4 hari (19-22 Oktober 1832) di pihak Belanda banyak
yang mati.
. |
Peluang Investasi | : | Sarana akomodasi |
|
3.Situs Maek
Nama Objek Wisata | : | Situs Maek |
Jenis | : | Objek Wisata Sejarah Dan Purbakala |
Luas | : | ± Ha |
Lokasi | : | Nagari Maek |
Jarak dari IKK | : | ± 30,00 Km |
Jarak dari IK Provinsi | : | ± 170,00 Km |
Sarana transportasi yang tersedia ke objek wisata | : | Kendaraan roda dua dan roda empat,ojek |
Fasilitas Objek Wisata | : | 1. MCK Menhir |
Kegiatan yang bisa dilakukan | : | Penelitian benda sejarah dan melihat pemandangan alam |
Narasi Objek Wisata | : |
Di
nagari/desa ini dapat disaksikan pemandangan kumpulan batu-batu menhir
dengan latar belakang perkebunan tanaman gambir yang menyerupai panorama
perkebunan teh di daerah Puncak, Jawa Barat. Karena pemandangan inilah, pada tahun 1981 desa Mahat dimasukkan dalam salah satu obyek wisata dari 73 obyek wisata di kabupaten ini.
Menurut sebagian sejarawan, Minanga Tamwan berada di hulu sungai Kampar, di sebelah timur kabupaten Lima Puluh Kota. Daerah ini tercantum dalam Prasasti Kedukan Bukit sebagai daerah asal Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Dalam prasasti tersebut Dapunta Hyang membawa 20.000 tentara dengan
perbekalan sebanyak dua ratus peti berjalan dengan perahu, dan yang
berjalan kaki sebanyak seribu tiga ratus dua belas orang. Tambo Minangkabau mencatat bahwa Dapunta Hyang turun dari Gunung Marapi ke Minanga Tamwan dan keturunannya meluaskan rantau ke selatan Sumatera. [1] Minanga Tamwan atau Minanga Kabwa diperkirakan merupakan asal usul nama Minangkabau.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar